Selasa, 29 Juli 2014

Cerita Lama diKala Senja



Sapaan untuk hari ini “hay.... apa kabar..

Hari itu langit bener-bener menakjubkan. Langit memerah seperti terkena tumpahan cahaya matahari. Gue suka banget waktu-waktu yang berlalu perlahan di saat-saat itu. Gue selalu tersihir kalau udah melihat bias senja. Hahaha, tersihir? Iya’in aja dulu ya..

Disenja itu gue hanya terdiam sambil menikmati pemandangan indah dengan temen yang duduk disamping gue yang malah asyik sendiri dengan aktivitasnya. Gue menikmati  segelas cappucinno keju sambil mengulas cerita lama yang pernah melukis indah kehidupan gue juga merobeknya dengan sengaja. Gue tersenyum datar tatkala mengingatnya. Jahat, kejam, tak berperasaan. Itu kata-kata yang selalu gue lontarkan kala gue sedang dalam kondisi labil.

Apa kabar masa lalu yang kelam? Apakah disana masih ada setitik cahaya? Iya, disana ada secuil cahaya yang berasal dari sebuah lilin kecil yang hanya untuk menerangi sekitarnya dan merelakan dirinya meleleh. Gue bernasib seperti itu, seperti lilin kecil yang hanya berkorban sia-sia. Ini cerita ketika gue kehilangan temen-temen terdekat gue saat itu, bukan kehilangan. Lebih tepatnya mungkin ditinggalkan J wkwkwkwk, tapi anehnya gue hanya merasa kehilangan untuk dua orang, dan gak lebih!!

Gue melirik ke gelas yang ada ditangan gue, nampaknya cappucinno nya udah tinggal bait-bait terakhir, alias abis. Temen gue ngajak gue pulang, dan gue mengiyakannya. Gue masih menikmati bias senja tersebut walau sedikit demi sedikit cahayanya tertelan oleh langit yang mulai kelam. Bias senja disore hari itu mampu mengingatkan bagaimana gue terkoyak karena hal bodoh yang selalu gue perjuangkan. Yaitu, saat waktu gue mempertahankan mereka. Kini mereka telah pergi, pergi jauh dari hidup gue. Ada perasaan bersalah, sakit hati dan juga ada perasaan bebas dalam diri gue. Gue kini hanya punya kenangan itu, dan gue punya hak untuk tak mengingatnya lagi. Dan harusnya “DIA” juga gak berhak ngatain gue terus-terusan, emak bukan, temen juga udah bukan lagi. Hahaha, kan aneh jadinya kalau dia selalu perhatian ke gue dengan cara ngatain-ngatain gue terus-terusan. Gue sih, gak terlalu ambil pusing. Soalnya kata-kata dari orang yang juga gak baik, untuk apa didengarkan. Toh, gue gak pernah rugi kalau gak dengerin dia. Iya kan?? Dan sekarang gue harus singkirkan pikiran gue yang negatif tentang dia. Mungkin itu tanda peduli dia ke gue kali, wkkwkwkw. Dengan  itu gue bisa sedikit ringan untuk tertawa dengan cara melupakan “dia” dan tak pernah lagi menganggapnya ada. Good bye,.. J

Mungkin itu seutas tentang cerita disenja waktu itu.

Terimakasih J

Tidak ada komentar:

Posting Komentar