Senin, 29 September 2014

Konsep PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan masyarakat.tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia. (Depkes, RI 1989).
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
1.2  Rumusan Masalah
1.2.1        Apakah yang dimaksud dengan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa?
1.2.2        Apa tujuan dari Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa?
1.2.3        Apa ciri-ciri dari Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa dan Masyarakat Sehat?
1.2.4        Apa indikator yang berhubungan dengan Derajat Kesehatan Masyarakat dan Prinsip-prinsip Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa?
1.2.5        Bagaimana strategi pembinaan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa?
1.2.6  Bagaimana pengembangan pembinaan dan mekanisme pembinaan pada Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa?
1.2.7        Bagaimana contoh pembangunan kesehatan masyarakat desa : posyandu?
1.2.8        Bagaimana peran perawat komunitas dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakar Desa?
1.2.9        Upaya pemerintah dalam pembangunan kesehatan pedesaan?

1.3   Tujuan  
1.3.1        Tujuan Umum
Mahasiswa dapat mengetahui tentang konsep pembangunan kesehatan masyarakat desa .
1.3.2        Tujuan Khusus
1.3.1        Menjelaskan pengertian pembangunan kesehatan masyarakat desa
1.3.2        Menjelaskan tujuan dari pembangunan kesehatan masyarakat desa
1.3.3        Menjelaskan ciri-ciri  pembangunan kesehatan masyarakat desa dan masyarakat sehat
1.3.4        Menjelaskan indikator yang berhubungan dengan derajat kesehatan masyarakat dan prinsip-prinsip pembangunan kesehatan masyarakat desa
1.3.5        Menjelaskan strategi pembinaan, pengembangan pembinaan, dan mekanisme pembinaan pada pembangunan kesehatan masyarakat desa.
1.3.6        Contoh pembanguna kesehatan masyarakat desa
1.3.7        Upaya pemerintah dalam pembanguna pedesaan






BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian

1.1.Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.

1.2.Konsep Masyarakat dan Konsep Sehat
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang bergaul, atau dengan istilah lain saling berintereaksi. Kesatuan hidup manusia berintereaksi menurut suatu sistm adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terkait oleh suatu rasa identitas bersama. Sehat adalah suatau keadaan yang lengkap, meliputi : kesejahteraan fisik, mental, dan sosia, bukan hanya bebas dari penyakit  dan kecacatan/ kelemahan.
Lembaga Sosial Desa atau Lembaga Kerja Pembangunan Masyarakat Desa (LKPMD) adalah suatu wadah kegiatan antar disiplin di tingkat desa, tiap kelurahan atau desa mempunyai lembaga semacam ini. Tugas utama lembaga ini adalah merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan pembangunan di desanya, termasuk juga pembangunan di bidang kesehatan. Oleh karena itu, tenaga kesehatan dari puskesmas dapat memanfaatkan lembaga ini untuk menjual idenya, dengan memasukkan ide-idenya ke dalam program LKPMD.

2.      Tujuan dari Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
2.1 Tujuan Umum :
Untuk meningkatkan kemampuan masyarakat menolong diri sendiri dibidang kesehatan dalam rangka meningkatkan mutu hidup.


2.2 Tujuan Khusus :
2.2.1 Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan potensi yang dimilikinya untuk menolong diri mereka sendiri dalam meningkatkan mutu hidup mereka.
2.2.2 Mengembangkan kemampuan dan prakarsa masyarakat untuk berperan secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.
2.2.3 Menghasilkan lebih banyak tenaga-tenaga masyarakat setempat yang mampu, trampil serta mau berperan aktif dalam kegiatan pembangunan desa.
2.2.4 Meningkatnya kesehatan masyarakatdalam arti memenuhi beberapa indikator : Angka kesakitan menurun, angka kematian menurun terutama angka kematian bayi dan anak, angka kelahiran menurun, dan menurunnya angka kekurangan gizi pada anak balita.

3.      Ciri – ciri Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa dan masyarakat Sehat

3.1 Ciri – ciri Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

3.1.1 Kegiatan dilaksanakan atas dasar kesadaran, kemampuan dan prakarsa masyarakat sendiri, dalam arti bahwa kegiatan dimulai dengan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan yang memang dirasakan oleh masyarakat sendiri sebagai kebutuhan.
3.1.2  Perencanaan kegiatan ditetapkan oleh masyarakat secara musyawarah dan mufakat.
3.1.3  Pelaksanaan kegiatan berlandaskan pada peran serta aktif dan swadaya masyarakat dalam arti memanfaatkan secara optimal kemampuan dan sumber daya yang dimiliki masyarakat.
3.1.4 Masukan dari luar hanya bersifat memacu, melengkapi dan menunjang, tidak mengakibatkan ketergantungan.
3.1.5  Kegiatan dilakukan oleh tenaga-tenaga masyarakat setempat.
3.1.6  Memanfaatkan teknologi tepat guna.
3.1.7 Kegiatan yang dilakukan sekurang-kurangnya mencakup salah satu dari 8 unsur PHC.

3.2 Ciri – ciri Masyarakat Sehat
Ciri-ciri masyarakat sehat adalah sebagai berikut:
3.2.1        Adanya peningkaatan kemampuan dari masyarakat untuk hidup sehat
3.2.2        Mampu mengatasi masalah kesehatan sederhana melalui upaya peningkatan kesehatan (healt promotion), pencegahan penyakit (healt prevention), penyembuhan penyakit (curative), dan pemulihan kesehatan (healt rrehabilitation)tertama ibu dan anak
3.2.3        Berupaya selalau meningkaatkan kesehatan lingkungan , terutama penyediaan sanitasi dasar yang dikembangkan dan dimanfaatan oleh masyarakat untukeningkatkan mutu lingkungan hidup.
3.2.4        Selalu meningkatkan status gizi masyarakat berkaitan dengan peningkatan status sosial ekonomi masyarkat.
3.2.5        Berrupaya selalu menurunkan angka kesakitan dan kematian dari berbagai sebab dan penyakit.

4. Indikator yang Berhubungan dengan Derajat Kesehatan Masyarakat dan Prinsip – prinsip Pembangunan Kesehatan Masyrakat Desa
4.1 Sepuluh indikator menurut Sistem Kesehatan Nasional (yang diambil dari 12 indikator menurut H.L Blum)
4.1.1        Life Span, yaitu lamanya usia harapan hidup dari masyarakat atau dapat juga dipadang sebagai derajat kematian masyarakat yang bukan karena mati tua.
4.1.2        Disease or infirnity, yaitu keadaan sakit atau cacat secara fisiologis an anatomis dari masyarakat.
4.1.3        Discomfort or illness, yaitu keluhan sakit dari masyarakat tentang keadaan somatik, jiwa, maupun sosial dari diri sendiri.
4.1.4        Disability or incapacity, yaitu ketidakmampuan seseorang dalam masyarakat untuk melakukan pekerjaan dan menjalankan peran sosialnya karena sakit.
4.1.5        Participation in health care, yaitu kemampuan dan kemauan masyarakat untuk berpatisipasi dalam menjaga dirinya agar dalam keadaan sehat.
4.1.6        Health behaviour, yaitu perilaku nyata dari anggota masyarakat yang secara langsung berkaitan dengan masyarakat.
4.1.7        Ecologic behaviour, yaitu perilaku masyarakat terhadap lingkungan hidupnya, terhadap spesies lain, sumber daya alam, dan ekosistem.
4.1.8        Sosial behavior, yaitu perilaku masyarakat terhadap sesama, keluarga, komunitas, dan bangsanya.
4.1.9        Interpersonal relationship, yaitu kualitas komunikasi anggota masyarakat terhadap sesamanya.
4.1.10    Reserve or positive health, yaitu daya tahan anggota masyarakat terhadap penyakit atau kapasitas anggota masyarakat dalam menghadapi tekanan-tekanan somatik, kejiwaan, dan sosial.
4.1.11    External satisfaction, yaitu rasa kepuasan anggota masyarakat teradap lingkungan sosialnya.
4.1.12    Internal satisfaction, yaitu kepuasan anggota masyarakat terhadap seluruh aspek kehidupan dirinya sendiri.

4.2      Indikator secara umum
4.2.1 Usia harapan hidup (life expectancy), usia harapan hidup diharapkan semakin meningkat pada tahun 1967 (45 tahun), tahun 1980 (50 tahun), tahun 2000 sekurang-kurangnya menjadi usia 60 tahun sedangkan pada tahun 2001 menjadi 66,2 dan 2010 menjadi 67,9.
4.2.2 Angka kematian bayi (infac mortality) dan balita menurun. Pada 1980 angka kematian bayi sekitar 100/1000 angka kelahiran hidup diharapkan 2000 menjadi 45/1000 angka kelahiran hidup, dan tahun 2001 menjadi 35/1000 angka kelahiran hidup. Angka kematian balita menurun dari 40/1000 balita dan menjadi setinggi-tingginya 15/1000 anak balita pada tahun 2000.
4.2.3 Angka kematian ibu melahirkan (Maternal mortality rate). Angka kematian ibu melahirkan diharapkan menurun dari 334 menjadi 307/100000 kelahiran hidup.
4.2.4 Tingkat kecerdasan. Diharapkan tingkat pendidikan golongan wanita terjadi penurunan angka buta huruf dari sekitar 50% pada tahun 1977 dan menjadi 25% pada tahun 2000.
4.2.5 Bayi lahir. Bayi yang dilahirkan dengan berat badan 2500 gr atau kurang turun menjadi setinggi-tingginya menjadi 7% pada tahun 2000.
4.2.6        Angka kesakitan (morbiditas).

4.3      Indikator yang berhubungan dengan upaya kesehatan
4.3.1        Angka cakupan imunisasi untuk anak dibawah usia 14 bulan meningkat dari 40% pada tahun 1987 menjadi 80% pada tahun 2000.
4.3.2        Angka cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih meningkat dari 40% pada tahun 1987 menjadi 80% pada tahun 2000.
4.3.3        Angka cakupan penyediaan air bersih meningkat dari 18% penduduk pedesaan dan 40% penduduk perkotaan pada tahun 1980 menjadi 100% pada tahun 2000.


4.4      Indikator kesehatan menurut WHO
4.4.1        Indikator yang berhubungan dengan status kesehatan masyarakat yang meliputi :
4.4.2        Indikator kompehensif, yaitu angka kematian kasar atau CDR menurun, rasio angka kematian proposional menurun, dan usia harapan hidup meningkat.
4.4.3        Indikator spesifik yaitu angka kematian ibu dan anak menurun, angka kematian karena penyakit menular menurun, serta angka kelahiran menurun.

4.5      Indikator pelayanan kesehatan meliputi :
4.5.1        Rasio dan tenaga kerja, dan jumlah penduduk seimbang.
4.5.2        Distribusi tenaga kerja merata
4.5.3        Informasi lengkap tentang jumlah tempat tidur dirumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya.
4.5.4        Informasi tentang sarana pelayanan kesehatan dirumah sakit, puskesmas, rumah bersalin, poli klinik, pelayanan kesehatan lainnya

4.6      Prinsip – prinsip Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa

4.6.1  Kegiatan masyarakat sebaiknya dimulai dengan kegiatan yang memenuhi kebutuhan masyarakat setempat walaupun kegiatan tersebut bukan merupakan kegiatan kesehatan secara langsung. Ini berarti bahwa kegiatan tidak hanya terbatas pada aspek kesehatan saja, melainkan juga mencakup aspek-aspek kehidupan lainnya yang secara tidak langsung menunjang peningkatan taraf kesehatan.
4.6.2        Dalam membina kegiatan masyarakat diperlukan kerjasama yang baik :
·         Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga lainnya yang bersangkutan
·         Antar dinas-dinas/instansi-instansi/lembaga-lembaga tersebut dengan masyarakat
4.6.3        Dalam hal masyarakat tidak dapat memecahkan masalah atau kebutuhannya sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh sektor yang bersangkutan.

Wadah Kegiatan PKMD
            Karena kegiatan PKMD merupakan bagian integral dari pembangunan desa, sedangkan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa adalah LKMD (Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa), maka dengan sendirinya wadah kegiatan PKMD adalah LKMD.
            Pembangunan PKMD yang bersifat lintas sektoral dengan sendirinya merupakan bagian dari tugas Tim Pembina LKMD.
Mikkelsen dalam Soetomo (2006), mengatakan bahwa pembangunan pada dasarnya merupakan proses perubahan, dan salah satu bentuk perubahan yang diharapkan adalah perubahan sikap dan perilaku. Partisipasi masyarakat yang semakin meningkat baik secara kualitatif maupun kuantitatif merupakan salah satu perwujudan dari perubahan sikap dan perilaku tersebut.

Ada enam jenis tafsiran mengenai partisipasi masyarakat tersebut antara lain:
1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek atau program pembangunan tanpa ikut serta dalam pengambil keputusan.
2. Partisipasi adalah usaha membuat masyarakat semakin peka dalam meningkatkan kemauan menerima dan kemampuan menangapi proyek-proyek atau program-program pembangunan.
3. Partisipasi adalah proses yang aktif, yang mengandung arti bahwa orang atau kelompok terkait mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu.
4. Partisipasi adalah penetapan dialog antara masyarakat setempat dengan para staf dalam melakukan persiapan, pelaksanaan dan monitoring proyek/program agar memperoleh informasi mengenai konteks lokal dan dampak-dampak sosial.
5. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukan sendiri.
6. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka.

Conyer  dalam Soetomo (2006), mengemukakan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaaan masyarakat secara sukarela yang didasari oleh determinan dan kesadaran diri masyarakat itu sendiri dalam program pembangunan. Ada lima cara untuk melibatkan keikutsertaan masyarakat yaitu:
1. Survei dan konsultasi lokal untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan.
2. Memanfaatkan petugas lapangan, agar sambil melakukan tugasnya sebagai agen pembaharu juga menyerap berbagai informasi yang dibutuhkan dalam perencanaan.
3. Perencanaan yang bersifat desentralisasi agar lebih memberikan peluang yang semakin besar kepada masyarakat untuk berpartisipasi.
4. Perencanaan melalui pemerintah lokal.
5. Menggunakan strategi pembangunan komunitas (community development)
Health servicer
Health status (derajat kesehatan)

5.      Strategi Pembinaan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
5.1 Tim Pembina PKMD di masing-masing tingkat sekaligus dijadikan sebagai forum koordinasi dimasing-masing tingkat.
5.2 Setiap kegiatan partipasi masyarakat yang akan dipromosikan oleh salah satu sektor, terlebih dahulu dibahas dalam forum koordinasi, untuk memungkinkan bantuan dari sekto-sektor lain untuk menghindari tumpang tindih.
5.3 Jenis bantuan apapun yang akan dijalankan harus selalu berdasarkan pada proporsi kebutuhan masyarakat setempat.
5.4 Seluruh tahap kegiatan, mulai dari persiapan, perencanaan, pelaksanaan, penilaian, pembinaan sampai perluasan, dilakukan oleh masyarakat sendiri dan di mana perlu dibantu oleh Pemerintah secara lintas progam dan lintas sektoral.
5.5 Wadah kegiatan PKMD adalah Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD) sesuai Surat Keputusan Presiden Nomor. 28 tentang “Penyempurnaan dan penempatan fungsi Lembaga Swadaya Desa menjadi LKMD. Maka pada dasarnya LKMD merupakan wadah partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa.
5.6 PKMD adalah kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat dari masyarakat untuk masyarakat. Pengembangan dan pembinaan yang dilakukan oleh pemerintah adalah suatu pendekatan, bukan progam yang berdiri sendiri.

6.  Pengembangan Pembinaan dan Mekanisme Pembinaan pada Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
6.1 Pengembangan dan Pembinaan
            6.1.1 Penegembangan dan pembinaan PKMD berpedoman kepada GBHN
6.1.2 Pengembangan dan pembinaan PKMD dilaksanakan dengan kerja sama lintas progam dan lintas sektoral melalui pendekatan edukatif.
6.1.3 Koordinasi pembinaan melalui jalur fungsional pada tiap tingkatan, tingkat provinsi oleh gubernur, tingkat kabupaten oleh bupati, tingkat kecamatan oleh camat.
6.1.4 PKMD mrupakan bagian dari integral dari pembangunan desa secara keseluruhan.
6.1.5 Kegiatan dilaksanakan dengan membentuk mekanisme kerja yang efektif antara instansi yang berkepentingan dalam pembinaan masyarakat desa.
6.1.6 Puskesmas sebagai pusat pengembangan dan pembangunan kesehatan berfungsi sebagai dinamisator.

6.2 Mekanisme Pembinaan Peran serta Masyarakat dalam PKMD
            Untuk mengenal masalah dan kebutuhan mreka sendiri, masyarakat mendapatkan bimbingan dan motivasi dari puskesmas yang bekerja sama dengan sektor – sektor yang bersangkutan. Pemuka masyarakat diarahkan untuk membahas masalah dan kebutuhan yang dirasakan oleh merekan dan membimbing untuk memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan sumber daya setempat yang tersedia. Dalam hal masalah atau kebutuhan hanya sebagian dapat diatasi sendiri, maka puskesmas bersama dengan sektor yang bersangkutan memberi bantuan teknis atau materi yang dibutuhkan dengan catatan bantuan tersebut tidak menimbulkan ketergantungan.
            Dalam hal masalah dan kebutuhan masyarakat tidak mungkin diatasi sendiri, maka pelayanan langsung diberikan oleh puskesmas dan atau sektor yang bersangkutan.
Hal – hal yang Diperlukan dalam Pelaksanaan Kegiatan PKMD
1.      Masyarakat perlu dikembangkan pengertiannya yang benar tentang kesehatan dan tentang program-program yang dilaksanakan pemerintah.
2.      Masyarakat perlu dikembangkan kesadarannya akan potensi dan sumber daya yang dimiliki serta harus dikembangkan dan dibina kemampuan dan keberaniannya, untuk berpran secara aktif dan berswadaya dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka.
3.      Sikap mental pihak penyelenggara pelayanan perlu dipersiap terlebih dahulu agar dapat menyadari bahwa masyarakat mempunyai hak dan potensi untuk menolong diri mereka sendiri, dalam meningkatkan mutu hidup dan kesejahteraan mereka.
4.      Harus ada kepekaan dari pada para pembina untuk memahami aspirasi yang tumbuh dimasyarakat dan dapat berperan secara wajardan tepat.
5.      Harus ada keterbukaan dan interaksi yang dinamis dan berkesinambungan baik antara para pembina maupun antara pembina dengan masyarakat, sehingga muncul arus pemikiran yang mendukung kegiatan PKMD.
Persiapan bagi Pelaksana
Persiapan bagi pelaksana dari masyarakat sangat penting artinya. Persiapan yang dimaksud dapat dilakukan melalui :
1.      Pelatihan kader
2.      Kunjungan kerja
3.      Studi perbandingan

Pengadaan Fasilitas
Kelestarian PKMD akan lebih terjamin bila fasilitas yang disediakan dari swadaya masyarakat melalui potensi dan sumberdaya yang ada dimasyarakat yang dapat digali dan dimanfaatkan. Bila masyarakat tidak memilikinya barulah para penyelenggara pembinaan PKMD berusaha untuk memberikan bantuan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan ketentuan tidak menimbulkan ketergantungan bagi masyarakat.

7.      Contoh Dari Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) : Posyandu

7.1  Pengertian
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan kesehatan yang mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sekurang-kurangnya mencakup 5 (lima) kegiatan, yakni KIA, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare (Depkes, 2006).

7.2 Tujuan Posyandu
a. Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

7.3 Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya: Bayi, Anak balita, bu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui, Pasangan Usia Subur (PUS).

7.4 Manfaat Posyandu
7.4.1 Bagi Masyarakat
·         Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
·         Memperoleh bantuan secara profesional dalam pemecahan masalah kesehatan terutama terkait kesehatan ibu dan anak.
·         Efisiensi dalam mendapatkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor lain terkait.
7.4.2 Bagi Kader, Pengurus Posyandu dan tokoh masyarakat
·         Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
·         Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
7.4.3 Bagi Puskesmas
·         Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
·         Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
·         Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu
7.4.4 Bagi sektor lain
·         Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
·         Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tupoksi masing-masing sektor.

7.5 Kegiatan Posyandu 
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 

1. Ibu Hamil 
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :

1.1. Pengembangan berat badan dan pemberian tablet besi yang dilakukan oleh kader kesehatan. Jika ada petugas Puskesmas ditambah dengan pengukuran tekanan darah dan pemberian imunisasi Tetanus Toksoid. Bila tersedia ruang pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan tinggi fundus/usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. 

1.2. Diselenggarakan Kelompok Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu. Kegiatan Kelompok Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:
·         Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi.
·         Perawatan payudara dan pemberian ASI
·         Peragaan pola makan ibu hamil
·         Peragaan perawatan bayi baru lahir
·         Senam ibu hamil

2. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
2.1 Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir (vagina)
2.2 Pemberian vitamin A dan tablet besi.
2.3Perawatan payudara.
2.4 Senam ibu nifas.
2.5 Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dan tersedia ruangan, dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochs. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
3. Bayi dan Anak balita
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
3.1 Penimbangan berat badan
3.2 Penentuan status pertumbuhan
3.3 Penyuluhan

8.      Peran Perawat Komunitas dalam Pembangunan Kesehatan Masyarakar Desa

8.1 Care provider/ Pemberi asuhan Keperawatan kepada klien secara individu, keluarga, kelompok dan komunitas (masyarakat)
8.2 Manager / Pengelola
8.3 Peneliti
8.4 Pendidik / Educator
8.5 Pembela / Advocat
8.6 Pembaharu / Change Agent

9.      Upaya Pemerintah Dalam Pembangunan Pedesaan

Sejalan dengan konsepsi pembangunan di atas GBHN 1993 telah menggariskan bahwa "pembangunan desa dan masyarakat desa diarahkan untuk mendorong tumbuhnya prakarsa dan swadaya masyarakat sehingga mempercepat peningkatan perkembangan desa (swadaya dan desa swakarsa menuju desa swasembada)_ Kemampuan masyarakat desa untuk berproduksi dan memasarkan basil produksinya perlu didukung dan ditingkatkan melalui penataan kelembagaan dan perluasan serta diversifikasi usaha agar makin mampu mengarahkan dan memanfaatkan dana dan daya bagi peningkatanpendapatan dan taraf hidupnya". Bertolak dari amanat di atas lazimnya pembangunan perdesaan memang harus diletakkan dalam kerangka pembangunan yang berkelanjutan. Hal tersebut disebabkan selain karena target peningkatan kondisi sosial ekonomis yang akan dikejar selalu bergerak maju oleh karena laju kenaikan jumlah penduduk perdesaan, juga karena corak kehidupan dan penataan masyarakat desa sangat beranekaragam. Dasar-dasar pembangunan daerah perdesaan selalu dicari dalam segi- segi sosial ekonomis yang dinilai merupakan faktor pembentuk kehidupan masyarakat desa secara berkelanjutan. Dasar-dasar tersebut umumnya banyak ditentukan oleh keadaan geografis, profesi kehidupan yang berkembang setempat, serta beberapa faktor lain yang timbul dari pengaruh lingkungan yang luas seperti halnya hubungan kota besar dan daerah perdesaan6.
Pembangunan desa dalam konteks tersebut adalah seluruh kegiatan pembangunan yang berlangsung di desa dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan swadaya gotong royong. Implisit dalam konsep tersebut terkandung adanya syarat partisipasi murni masyarakat perdesaan dalam pembangunan sebagai subyek sekaligus sebagai obyek pembangunan itu sendiri. Partisipasi murni harus diartikan bahwa setiap pelaku ekonomi harus ikutserta dalam setiap tahap pembangunan desa sesuai dengan latar belakang, kemampuan atau produktivitasnya dan keahlian masing-masing dengan dilandasi oleh rasa tanggung jawab dan tenggang rasa untuk kepentingan bersama.
Dalam partisipasi murni setiap pelaku ekonomi di perdesaan harus selalu diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan, menghasilkan, menikmati dan melestarikan. Tanpa adanya kelima tahapan ini maka proses pembangunan desa tidak akan mencapai sasarannya.
Namun demikian perlu disadari bahwa keadaan, latar belakang, pemilikan faktor produksi dan produktivitas dari masingmasing pelaku ekonomi di desa tidaklah seragam, sehingga selalu ada variasi keikutsertaan dalam pembangunan serta manfaat yang akan diperolehnya nanti. Selain itu harus disadari juga adanya kelemahan- kelemahan masyarakat desa yang secara homogen menghinggapi mereka, seperti pemilikan aset yang terbatas, rendahnya mutu sumberdaya manusia, lemahnya lembaga pemerintahan desa dan lembaga masyarakat desa dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat, terbatasnya jangkauan pelayanan lembaga perekonomian dalam mendukung usaha ekonomi desa, dan belum meratanya prasarana dan sarana sosial ekonomi dalam melayani kebutuhan masyarakat desa.
Dalam hal itulah sebenarnya diperlukan peranan dan kebijakan pemerintah agar hasil pembangunan dapat dinikmati oleh semua pelaku ekonomi di desa sesuai dengan pengorbanannya. Dalam kerangka tersebut peran pemerintah harus secara efektif menjaga efisiensi dalam alokasi sumberdaya yang ada untuk sebesarbesarnya kesejahteraan masyarakat, melaksanakan keadiian (equity) baik dalam melaksanakan kegiatan produksi, penciptaan lapangan kerja maupun distribusi pendapatan dan menjaga stabilitas nasional dalam perekonomian makro. Secara pragmatis pemberian kepercayaan kepada pelaku ekonomi lain untuk turut serta dalam pembangunan desa tentu akan lebih membantu meringankan beban dan tugas pemerintah, baik dalam hal dana, dalam pelaksanaan pembar_gunan maupun dalam melestarikan hasil pembangunan yang telah dicapai. Dengan begitu berarti pula aspek kemitraan dalam pembangunan desa dapat diwujudkan tanpa mematikan kreativitas dan potensi yang dimiliki masyarakat desa.
Dalam perspektif ekonomi, sejalan dengan kebijakan pembangunan JP II sasaran pokok pembangunan perdesaan adalah untuk menciptakan kondisi ekonomi rakyat di perdesaan yang kukuh, tercapainya keterkaitan perekonomian di perdesaan dan persoalan, terwujudnya masyarakat perdesaan yang sejahtera dan teratasinya masalah kemiskinan di perdesaan. Sedangkan dalam perspektif kelembagaan, pembangunan desa ditujukan untuk semakin berfungsinya lembaga pemerintahan desa dan lembaga kemasyarakatan desa untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan pembangunan perdesaan, terjaminnya kepastian hukum bagi masyarakat perdesaan mengenai penguasaan dan penguahaan tanah yang sesuai dengan hukum serta tradisi dan adat istiadat setempat7.
Di samping itu tak diabaikan juga beberapa agenda pembangunan yang masih tertinggal pada masa sebelumnya sebagai kelengkapan dari target yang ingin dicapai. Beberapa persoalan tersebut adalah masalah ketidakmerataan pembangunan antardaerah, antar wilayah dan ketidakmerataan dalam pemilikan kegiatan produksi serta ketidakmerataan antarsektor, masalah pencukupan sarana dan prasarana di perdesaan, masalah partisipasi dan kemandirian, dan masalah konsolidasi dan penyamaan persepsi di antara masing- masing pihak yang terkait dalam program pembangunan perdesaan.
Dalam pelaksanaannya kebijaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah dituangkan dalam tiga arah kebijaksanaan, yaitu tidak langsung, langsung dan khusus. Kebijaksanaan tidak langsung diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya penanggulangan kemiskinan. Kondisi yang dimaksudkan antara lain adalah suasana sosial politik yang tenteram, ekonomi ang stabil dan budaya yang berkembang8. Kebijaksanaan langsung diarahkan kepada peningkatan peranserta dan produktivitas sumberaya manusia, khususnya golongan masyarakat berpendapatan rendah, melalui penyediaan kebutuhan dasar berupa pangan, sandang, perumahan, kesehatan dan pendidikan, serta pengembangan kegiatan sosial ekonomi yang berkelanjutan untuk mendorong kemandirian golongan masyarakat berpendapatan rendah. Sedangkan kebijaksanaan khusus adalah mempersiapkan masyarakat dan meningkatkan kemampuan aparat daerah yang bertanggung jawab langsung dalam merencanakan, melaksanakan dan memantau pelaksanaan program-program pembangu- nan, dan sekaligus memacu dan memperluas upaya untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan penanggulangan kemiskinan. Kebijaksanaan ini dilaksanakan secara terpilih sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan kesiapan aparat daerah setempat9.
Sebagai perwujudan dari arah dan sasaran di atas program pembangunan perdesaan yang merupakan bagian dari pembangunan nasional, sejak Repelita I dijabarkan dalam program pembangunan sektoral, regional dan khusus. Program sektoral umumnya berorientasi pada peningkatan produksi dan pembangunan sarana dan prasarana fisik yang secara langsung menunjang pemenuhan kebutuhan dasar (basic needs approach) seperti pangan, sandang, perumahan, pendidikan, dan kesehatanl0. Sementara itu program pembangunan regional diarahkan pada pengembangan potensi dan kemampuan sumber daya manusia yang ada di daerah, khususnya daerah perdesaan sehingga swadaya dan kreativitas masyarakat dapat ditingkatkan. Program pembangunan regional yang berkaitan dengan pembangunan perdesaan termasuk: (a) Program Inpres, (b) Program Pengembangan (PPWT-Swadana), (c) Program Perbaikan khusus meliputi: program Pengembangan Wilayah Terpadu Swadana Kampung dan (d) program Kawasan Terpadu (PKT).




BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
Pembangunan kesehatan masyarakat adalah rangkaian kegiatan masyarakat yang dilaksanakan atas dasar gotong royong dan swadaya dalam rangka menolong diri sendiri dalam memecahkan masalah untuk memenuhi kebutuhannya dibidang kesehatan dan dibidang lain yang berkaitan agar mampu mencapai kehidupan sehat sejahtera.
Pembangunan kesehatan adalah bagian integral dari pembangunan nasional. Konsep pembangunan nasional harus berwawasan kesehatan, yaitu yang telah memperhitungkan dengan seksama berbagai dampak positif maupun negatif terhadap kegiatan kesehatan masyarakat.tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2010 adalah meningkatkan kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dengan prilaku dan dalam lingkungan yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan yang optimal diseluruh wilayah Republik Indonesia.





DAFTAR PUSTAKA

 Efendi, ferry. Dkk.2009.Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori Dan Peraktek Dalam Keperawatan :Jakarta.salemba medika.
Gunawan L. A. dan Hari Sutejo. 1980.Pembangunan kesehatan masyarakat desa :Jakarta, IAKAMI
Indonesia Depkes.1987.Posyandu, Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.:Jakarta.
Mubarak. Waahit iqbal.dkk. 2009.Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar Dan Teori:jakarta,salemba medika
Sumijatun.dkk.2005.Konsep Dasar Keeperawatan Komunitas: jakarta.EGC
Effendy, Nasrul.1998.Dasar-dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat:Jakarta EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar