BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Untuk mencapai pembangunan nasional
diperlukan upaya penyelengaraan kesehatan yang bermutu yang
dilakukan individu, kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah
atau swadaya masyarakat yang lebih mengutamakan promosi kesehatan serta
pencagahan penyakit. Upaya pemeliharaan yang mencangkup dua aspek kuratif
dan rehabilitatif, sedangkan upaya peningkatan kesehatan juga mencangkup
dua aspek yaitu Prepentif dan promotif (Notoadmojo, 2003 : 02).
Menurut World Health Organization (WHO)
Tahun 2002 Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu kondisi
dimana tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga harus sehat dan sejahtera
antara mental dan sosial.
Empat faktor yang mempengaruhi kesehatan
yakni keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.faktor pelayanan
kesehatan meliputi ketersediaan klinik kesehatan dan fasilitas kesehatan
lainya, faktor perilaku meliputi antara lain perilaku mencari pengobatan dan
perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan faktor lingkungan antara lain
kondisi lingkungan yang sehat dan memenuhi persyaratan (HL.Blum dalam
Notoatmodjo, 2003 : 146).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa,
denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua
mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Suzanne & Brenda, tahun
2002 berpendapat bahwa katarak adalah perubahan lensa mata yang
sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan
penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya
sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Berdasarkan data organisasi kesehatan
dunia, Word Healt Organization (WHO) saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135
juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita katarak.
Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya penyebaran prevalensinya dinegara
berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara.
Di Indonesia
jumlah penderita katarak tiap tahun meningkat, bertambah 210.000 orang
pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka kejadian katarak
dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Sebagian
besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan
bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar
550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
1.2. Tujuan penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan
dengan klien dengan diagnosa Medis
Post Operasi Katarak dan sebagai pemahaman tentang penangan pasien
katarak, perawatan pasca operasi serta mengetahui komplikasi yang mungkin
muncul pada pasien post operasi katarak dan pencegahan terhadap
komplikasi.
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui dan
memahami tanda gejala dan penatalaksanaan pada pasien post operasi
Katarak dan pemulihan penglihatan agar dapat beraktifitas sesuai fungsinya
semula.
b. Untuk memahami perawatan pasien
post operasi Katarak untuk mencegah terjadinya komplikasi yang meliputi
kebutaan, retinoblastoma, gluokoma dll.
c. Mengidentifikasi
data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien post op katarak
d. Menentukan
diagnosa keperawatan pada pasien post op katarak
e. Menyusun
rencana keperawatan pada pasien Post Operasi Katarak
f. Melaksanakan
tindakan keperawatan pada pasien post op katarak
g. Melaksanakan
evaluasi keperawatan pada pasien post op katarak
1.3. Manfaat Penulisan
1.3.1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan
serta meningkatkan dalam melaksanakan penerapan proses asuhan keperawatan mulai
dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi secara
sistematis khususnya pada pasien dengan Katarak post operasi
.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
3.1 Definisi
Katarak
adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan
kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996).
Katarak merupakan
keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul
lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah
proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65
tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah
suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi
cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat
gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia
tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih
berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah
memulai proses degenerasi.
Katarak adalah
kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan umum
kehilangan pengelihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahay
amenembus kornea, yang pada akhirnya mengaburkan tangkapan bayangan pada
retina. Sebagai hasilnya otak menginterpretasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya
mempengaruhi kedua mata. Tetapi katarak masing – masing mata memburuk sendiri –
sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic yang biasanya unilateral dan katarak konginetal yang kondisinya dapat
tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada
orang dengan usia diatas 70 tahun. Pembedahan memperbaiki pengelihatan pada
sekitar 95% pasien. Tanpa pembedahan
katarak akhirnya menyebabkan kehilangan pengelihatan total.
3.2 Macam – macam Katarak
Katarak dapat
diklasifikasikan dalam golongan berikut :
- Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
- Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
- Katarak komplikata.
- Katarak traumatik.
Berdasarkan usia
pasien, katarak dapat di bagi dalam :
·
katarak kongenital, katarak
yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
·
katarak juvenil, katarak yang
terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
·
katarak presenil, yaltu katarak
sesudah usia 30 - 40 tahun
·
katarak senil, yaitu katarak
yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
1)
Katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu
lahir. Jenisnya adalah:
a)
Katarak lamelar atau zonular.
b)
Katarak polaris posterior.
c)
Katarak polaris anterior
d)
Katarak inti (katarak nuklear)
e)
Katarak sutural
2)
Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3)
Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada
beberapa macam yaitu:
a)
katarak nuklear : Kekeruhan yang terjadi pada
inti lensa
b)
Katarak kortikal : Kekeruhan yang terjadi pada
korteks lensa
c)
Katarak kupliform :Terlihat pada stadium dini katarak
nuklear atau kortikal.
Katarak senil dapat
dibagi atas stadium:
a)
katarak insipiens : Katarak
yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi dengandasar di
perifer dan daerah jernih di antaranya.
b)
katarak imatur : Terjadi
kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa
sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa.
c)
katarak matur : Bila proses
degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama – sama hasil
desintegritas melalui kapsul.
d)
katarak hipermatur : Merupakan
proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar
melalui kapsul lensa.
4)
Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular
atau penyakit umum.
5)
Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.
3.3 Tanda dan Gejala
- Kehilangan pengelihatan
secara bertahap dan tidak nyeri.
- Pengelihatan baca yang buruk.
- Pandangan seilau yang
mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar matahari yang terang.
- Pandanga silau yang
membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi dimalam hari.
- Kemungkinan memiliki
pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan dengan cahaya yang
terang.
- Area putih keabu – abuan
dibelakang pupil.
3.4 Etiologi
1)
Ketuaan biasanya dijumpai pada
katarak Senilis
2)
Trauma terjadi oleh karena
pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda – benda
radioaktif.
3)
Penyakit mata seperti uveitis.
4)
Penyakit sistemis seperti DM.
5)
Defek kongenital
3.5 Patofisiologi
Dalam keadaan normal
transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein yang dapat
larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila
terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan
penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut
mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa
melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul
yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan
desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan
mengakibatkan gangguan penglihatan.
3.6 Pemeriksaan
1)
Visus menurun bergantung pada :
2)
Tak ada tanda-tanda radang
(hyperemia tak ada)
3)
Iluminasi oblik tampak
kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan bayangan hitam disebut iris
shadow.
4)
Pemeriksaan dengan optalmoskop
tampak warna hitam diatas dasar orange disebut fundus reflek.
5)
Pada katarak yang lebih lanjut,
kekeruhan bertambah sehingga iris shadow menghilang dan fundus reflek menjadi
hitam saja (negatif).
3.7 Pengobatan Katarak
Apabila penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan
dahulu kacamata. Akan tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat mudah /
cepat berubah. Pengobatan yang paling baik dan tepat saat ini adalah operasi.
Indikasi operasi
yaitu :
6)
Visus yang menurun yang tak
dapat dikoreksi dengan kacamata dan mengganggu aktifitas.
7)
Dahulu penderita dioperasi bila
visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+).
Akan tetapi
dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi pada stadium apapun,
bila penderita sudah terganggu aktivitasnya.
3. 8 Macam operasi :
1)
Intra Capsular : Intra catarax extraction (ICCE)
mengeluarkan lensa secara utuh.
2)
Ekstra Capsular : Extra capsular catarax extraction (ECCE) :
mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul
bagian posterior.
Pada saat ini dimana kemajuan tehnologi yang sudah tinggi, tehnik
ECCE lebih disukai karena komplikasinya lebih kecil dan dapat disertai
pemasangan lensa implant intra okuler (IOL = intra okuler lens). Sehingga hasil
setelah operasi menjadi lebih baik.
3. 9 Evaluasi sesudah operasi katarak :
Hari 1 sesudah
operasi harus sudah dievaluasi yaitu :
1)
Perdarahan dibilik mata depan
(hifema).
2)
Kamera okuli anterior
jernih/keruh :
Bila mata depan
keruh (flare/sel positif)
o
Bilik mata depan keruh (flare
/sel positif)
o
Mungkin sampai terjadi
pengendapan pus di bilik mata depan (hipopion).
o
Iris miossi disertai sinekia
postrior
3)
Perhatikan pupil
miosis/midriasis/normal :
o
Miosis : biasanya dipergunakan
miotikum pada waktu operasi sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis.
Miosis ini dapat terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai
adanya sinekia posterior.
o
Midirasis : dapat terjadi bila
ada peningkatan tekanan intra okuler (glaucoma)
o
Pupil tidak bulat : terjadi
bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus viterius keluar).
3.10 Pengobatan Sesudah Operasi Katarak
:
Setelah operasi
dapat diberi :
o
Kacamata, diberikan bila
tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih sesudah 1,5 bulan post op),
sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x refraksi tiap minggu).
o
Lensa Kontak :
Penglihatan
lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak unilateral (satu
mata).
o
Inolan Lensa Intra Okuli (IOL)
:
-
Implan ini memasukkan ke dalam
mata pada saat operasi, menggantikan lensa yang diambil (ECCE).
-
Letaknya permanen
-
Tidak memerlukan perawatan.
-
Visus lebih baik daripada
kacamata / lensa kontak.
Kerugian :
o
Merupakan benda asing,
kemungkinan bereaksi / ditolak oleh tubuh.
o
Tehnik operasi lebih
sukar/canggih.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN
LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK
A. Pengkajian
1.
Pengumpulan data
1)
Data biografi klien
a)
Nama : J A I K E M
b)
Tempat dan tanggal lahir:
Bojonegoro, 1916
c)
Pendidikan terakhir: tidak
sekolah
d)
Agama: Islam
e)
Satus perkawinan: janda
meninggal tanpa anak
f)
TB/BB: 140 cm / 45 kg
g)
Penampilan umum: bersih dan
rapi, tubuh kurus, ramah.
h)
Ciri – ciri tubuh: jalan masih
tegak, rambut sebagian memutih.
i)
Alamat: Sepanjang, Surabaya
j)
Orang yang dekat dihubungi:
adik klien
k)
Hubungan dengan klien: adik
kandung.
2)
Riwayat keluarga
Keterangan:
=
laki - laki =
klien Ibu Jaikem
= perempuan = Tinggal
sendiri di panti
=
meninggal
3)
Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat
ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber – sumber pendapatan
dan kecukupan terhadap kebutuhan: --
4)
Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di
Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih,
peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang
menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara
an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin.
Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.
5)
Riwayat rekreasi
Klien mengaku
sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk menengok teman – temannya
atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan adanya
kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif
setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman –
temannya yang lain.
6)
Sistem pendukung
Di panti ada
seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama sistem
rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta
keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien sangat
membantu pegawasan kesehatan klien.
7)
Deskripsi kekhususan
Klien semenjak
bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah gagal
puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat
tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.
8)
Status kesehatan
Klien mengatakan
penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang lalu. Klien
juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat – sehat saja.
Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas,
berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative :
Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung atau baru bangun
tidur.
Quality :
Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata kiri terasa panas dan
berair.
Region :
Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala
Severity scale : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan
sulit tidur.
Timming : saat
bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung.
Klien post op 16
hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat panti serta
pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta
pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah
dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri
dan ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat – obatan:
bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi:
--
Alergi terhadap
obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca tidak ada
pada klien.
9)
A D L (activity daily living)
Berdasarkan
indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena berdasarkan
pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen,
berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan
istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi
kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata
kiri klien.
Psikologis kien
meliputi:
·
Persepsi klien terhadap
penyakit: klien merasa wajar karena umurnya sudah tua.
·
Konsep diri baik karena klien
mampu memandang dirinya secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.
·
Emosi klien stabil
·
Kemampuan adaptasi klien baik,
terlihat daris eringnya klien mengunjungi teman – temannya di wisma yang lain.
·
Mekanisme pertahanan diri:
klien mengnaggap kehidupan di luar panti sudah tidak menarik lagi baginya,
klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan senang tinggal
di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan
kebutuhan lain terpenuhi.
10) Tinjauan sistem
a)
Keadaan umum: baik, klien
tampak bersih.
b)
Tingkat kesadraan : CM (compos
mentis)
c)
Skala koma glasgow: 15
d)
Tanda – tanda vital: N: 76
x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg.
e)
Sistem kardiovaskuler:
-
Inspeksi: keadaan umum terlihat
baik
-
Palpasi: Tidak ada pelebaran
pembuluh darah dan pembesaran jantung.
-
Perkusi: Tidak ada suara redup,
pekak atau suara abnoral lain.
-
Auskultasi: Irama jantung
teratur, tidak ada suara lain menyertai.
f)
Sistem pernafasan:
-
Inspeksi: dada ka/ki terlihat
simetris, pergerakan otot dada (-)
-
Palpasi: Tidak ada pembesaran
abnormal, iktus kordis teraba.
-
Perkusi: Suara paru ka/ki sama
dan seimbang
-
Auskultasi: Suara pekak, redup,
wheezing (-)
g)
Sistem integumen
Inspeksi:
tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus
(-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.
h)
Sistem perkemihan
Klien mengatakan
biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (K100 cc). Ngompol (-)
i)
Sistem muskuloskletal
ROM klien
baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan
menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang,
atrofi dll.
j)
Sistem endokrin
Klien mengatakan
tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar.
k)
Sistem immune
Klien mengatkan
belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat
penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l)
Sistem gastrointestinal
Klien hanya
mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti ditambah dengan
kadang – kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang
disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di
panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu,
teh atau kopi sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di
panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien
mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan.
m)
Sistem reproduksi
Klien mengatakan
tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti menstruasi lebih
kurang 30 tahun yll.
n)
Sistem persyarafan
Keadaan status
mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+)
dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan
adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan
bicara cukup aik.
Keadaan mata
kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien mampu pergi
ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien
juga mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien
mampu melihat dalam jarak pandang K50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan bicara
harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
11) Status kognitif/afektif/sosial
a)
Short potable mental status
questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi intelektual utuh.
b)
Mini mental state exam (MMSE)
dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c)
Inventaris depresi beck, dengan
skor: 3 pada keraguan – raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada
tanda – tanda depresi pada klien.
d)
Apgar keluarga denagn lansia,
skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam kedaan normal.
12) Data penunjang
Hasil
pemeriksaan gluko test (-)
B. Analisa Data
No
|
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
1.
2.
3.
|
DS:
-
Klien mengeluh nyeri pada
mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru
bangun tidur.
-
Klien mengatakan bila nyeri
kambuh, mengalami kesulitan tidur.
-
Klien mengatakan riwayat
operasi katarak mata kiri 16 hari yll.
DO:
-
Mata kiri berair,
hiperemis(+)
-
IOL (+)
DS:
-
Klien mengatakan mata kiri terasa
nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
-
Klien mengatakan mata kirinya
terus berair dan mengeluarkan kotoran.
DO:
-
Sekret pada mata kiri (+).
-
Mata kiri berair(+)
-
Riwayat post op katarak 16
hari yll.
DS:
-
Klien mengatakan matanya
terasa kabur sejak K3 tahun yang lalu.
-
Klien mengatakan usianya
sudah 85 tahun.
DO:
-
Klien berjalan tegap, cara
berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
-
Klien mampu melihat dalam
jarak pandang K50 mtr.
|
Interupsi
pembedahan katarak pada mata kiri.
Peningkatan
kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.
Keterbatasan
penglihatan.
|
Nyeri
Resiko
infeksi
Resiko
cidera
|
C. Diagnosa Keperawatan
v
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri b/d interupsi pembedahan
katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
-
Klien mengeluh nyeri pada mata
kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun
tidur.
-
Klien mengatakan bila nyeri
kambuh, mengalami kesulitan tidur.
-
Klien mengatakan riwayat
operasi katarak mata kiri 16 hari yll.
DO:
-
Mata kiri berair, hiperemis(+)
-
IOL (+)
2)
Resiko infeksi b/d peningkatan
kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
-
Klien mengatakan mata kiri
terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
-
Klien mengatakan mata kirinya
terus berair dan mengeluarkan kotoran.
DO:
-
Sekret pada mata kiri (+).
-
Mata kiri berair(+)
-
Riwayat post op katarak 16 hari
yll.
3)
Resiko cidera b/d keterbatasan
penglihatan ditandai dengan:
DS:
-
Klien mengatakan matanya terasa
kabur sejak K3 tahun yang lalu.
-
Klien mengatakan usianya sudah
85 tahun.
DO:
-
Klien berjalan tegap, cara
berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
-
Klien mampu melihat dalam jarak
pandang K50 mtr.
D.
Intervensi Keperawatan
No
|
Diagnosa
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
Evaluasi
|
1.
2.
3.
|
Nyeri b/d interupsi
pembedahan katarak pada mata kiri.
Resiko infeksi b/d
peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.
Resiko cidera b/d keterbatasan
penglihatan.
|
Setelah diberikan asuhan keperawatan
selama 3 hari, nyeri berkurang ditandai dengan:
-
Nyeri berkurang.
-
Istirahat tidur tercukupi K8 jam.
-
Mata tidak berair dan tidak
merah.
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi tidak terjadi ditandai
dengan:
-
Penyembuhan luka insisi tanpa
infeksi.
-
Kemerahan (-)
-
Edema kelopak mata (-)
-
Drainase pada kelopak mata
(-)
-
Materi purulen (-)
-
Peningkatan suhu tubuh (-)
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, cidera tidak terjadi ditandai
dengan:
-
Klien tidak mengalami cidera
atau trauma jaringan selama dirawat.
|
·
Bantu klien dalam
mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif dengan tidur dalam
posisi ½ duduk.
·
Lakukan tindakan penghilanagn
nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut;
-
Posisi: tinggikan bagian
kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada
sisi yang tidak dioperasi.
-
Distraksi
-
Latihan relaksasi
·
Berikan dukungan tindakan
penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.
·
Observasi nyeri terutama bila
disertai mual.
·
Pertegas pembatasan aktifitas
yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
-
Berbaring pada sisi yang
dioperasi
-
Membungkuk melewati pinggang
-
Mengangkat benda yang
beratnya melebihi 10 kg.
-
Mandi
-
Mengedan selama defekasi.
·
Tingkatkan penyembuhan luka:
-
Berikan dorongan untuk
mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.
·
Gunakan teknik aseptik untuk
meneteskan tetes mata:
-
Cuci tangan sebelum memulai
-
Pegang alat penetes agak jauh
dari mata
-
Ketika meneteskan, hindari
kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
·
Kaji tanda dan gejala
infeksi:
-
Kemerahan, edema pada kelopak
mata
-
Infeksi konjungtiva (pembuluh
darah menonjol)
-
Drainase pada kelopak mata
dan bulu mata
-
Materi purulen pada bilik
anterior (antara korm\nea dan iris)
-
Peningkatan suhu
-
Nilai laboratorium abnormal
(mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)
·
Lakukan tindakan untuk
mencegah ketegangan pada jahitan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata
protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam
hari).
·
Modifikasi lingkungan untuk
menghilangkan kemungkinan bahaya:
-
Singkirkan penghalang dari
jalur berjalan.
-
Pastikan pintu dan laci
tertutup atau terbuka dengan sempurna.
·
Tinggikan tempat tidur.
Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien
menjangkau terlalu jauh.
|
·
Membantu memberikan
kenyamanan dan mengurangi tekanan pada bola mata.
·
Beberapa
tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat
dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.
·
Analgesik mambantu dalam
menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
·
Tanda ini menunjukkan
peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.
·
Pembatasan
diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan
okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk
sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan
klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini
dapat mendorong kepatuhan klien.
·
Nutrisi dan hidrasi yang
optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan
penyembuhan
·
Teknik aseptik meminimialkan
masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.
·
Deteksi dini infeksi
memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.
·
Ketegangan pada jahitan dapat
menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.
·
Gangguan penglihatan atau
menggunakan pelindung mata dapat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari
gangguan ketajaman dan edalaman persepsi.
·
Tindakan ini dapat mengurangi
resiko terjatuh.
|
Klien melaporan adanya pengurangan nyeri
yang progresif ditandai dengan:
-
Nyeri berkurang.
-
Istirahat tidur tercukupi K8 jam.
- Mata tidak berair dan
tidak merah.
Infeksi tidak terjadi
ditandai dengan:
-
Kemerahan (-)
-
Edema kelopak mata (-)
-
Drainase pada kelopak mata
(-)
-
Materi purulen (-)
-
Peningkatan suhu tubuh (-)
Cidera tidak
terjadi. Klien tidak mengalami cidera atau trauma jarigan selama dirawat.
|
E. Implementasi
Waktu/tgl
|
Implementasi
|
Evaluasi
|
11-6-2011
09.00
12-6-2011 09.30
12-6-2011
11.00
12-6-2011 12.30
13-6-2011 09.00
|
·
Memberikan HE pentingnya:
-
Pembatasan aktifitas.
-
Asupan gizi dan minum yang
memadai (makan 1 porsi habis).
-
Mengurangi paparan terhadap
sinar matahai atau kontak langsung dengan benda alergen.
·
Mengevaluasi lingkungan kamar
tidur klien:
-
Penempatan benda – benda di
meja.
-
Kebersihan lantai kamar.
-
Memasang gorden untuk
mengurangi paparan terhadap snar matahari.
·
Mengajarkan teknik perawatan
kebersihan mata:
-
Cara membersihkan sekret.
-
Cara meneteskan obat tetes
mata.
-
Menggunakan pelindung mata
bila keluar wisma di siang hari.
·
Mengatur posisi tidur klien
berbaring ke sisi mata yang tidak dioperasi.
·
Melatih relaksasi untuk
mengurangi rasa sakit pada mata kiri.
|
·
Klien kooperatif.
·
Klien berjanji akan selalu
mengahbiskan porsi makanannya.Klien banyak bertanya tentang nyeri yang dirasakannya.
·
Klien marapikan meja kecil di
samping tempat tidur.
·
Klien menata barang – barang
(gelas, piring, sendok) di atas tempat tidur.
·
Gorden telah terpasang.
·
Lantai kamar disapu dan dipel
oleh petugas.
·
Klien bersemangat belajar
memebrsihkan sekret mata.Klien dapat meneteskan obat tetes mata sendiri
dibantu oleh teman sekamarnya.
·
Klien sudah punya kacamata
pelindung sinar matahari.
·
Klien berbaring ke posisi
sebelah kanan, kadang berganti posisi dengan semi fowler.
·
Klien tampak kesulitan mengikuti
instruksi, tetapi mau mencoba unutk berlatih.
|
F.
Evaluasi
No
|
Diagnosa Keperawatan
|
Evaluasi
|
1.
2.
3.
|
Nyeri b/d interupsi
pembedahan katarak pada mata kiri.
Resiko infeksi b/d
peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.
Resiko cidera b/d keterbatasan
penglihatan.
|
S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri sudah agak berkurang,
klien sudah dapat istirahat dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan
pendamping wisma.
S: Klien mengatakan matanya sudah tidak panas lagi,berair (-)
O: mata berair (-), kemerahan (-), sekret (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan
pendamping wisma.
S: Klien mengatakan penglihatannya sudah lebih terang.
O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa dibimbing dan tanpa memakai
tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P:
Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.
|
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan
keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks
peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.
B. Saran
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna mengembangkan
konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges marilynn
(2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Nugroho.W.
(2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia.
Watson, Yudha Egi Komara. (2003), Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC
Padila, (2013), Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika