Sabtu, 04 Oktober 2014

Dear Best Friend,




You’re stupid. You fail. You’re weird. You’re not perfect. But. That’s okay. I’m like that, too.
We laugh at the randomest things. You know my ugliest side. Even though we disagree sometimes, we never fight. When I’m sad, you were always there to make sure I’m okay. Thanks for being there for me. I love You, BF J

Senin, 29 September 2014

Asuhan Keperawatan Gerontik Post Op Katarak



BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Untuk mencapai pembangunan nasional diperlukan upaya penyelengaraan  kesehatan yang bermutu yang dilakukan individu, kelompok, masyarakat, lembaga pemerintah atau swadaya masyarakat yang lebih mengutamakan promosi kesehatan serta pencagahan penyakit. Upaya pemeliharaan yang mencangkup dua aspek kuratif dan rehabilitatif, sedangkan upaya peningkatan kesehatan juga mencangkup dua aspek yaitu Prepentif dan promotif (Notoadmojo, 2003 : 02).
Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2002 Kesehatan yang baik atau kesejahteraan adalah suatu kondisi dimana tidak hanya bebas dari penyakit, namun juga harus sehat dan sejahtera antara mental dan sosial.
Empat faktor yang mempengaruhi kesehatan yakni keturunan, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan.faktor pelayanan kesehatan meliputi ketersediaan klinik kesehatan dan fasilitas kesehatan lainya, faktor perilaku meliputi antara lain perilaku mencari pengobatan dan perilaku hidup bersih dan sehat, sedangkan faktor lingkungan antara lain kondisi lingkungan yang sehat dan memenuhi persyaratan (HL.Blum dalam Notoatmodjo, 2003 : 146).
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)lensa, denaturasi protein lensa, atau akibat kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. (Kapita Selekta Kedokteran,2001)
Suzanne & Brenda, tahun 2002  berpendapat bahwa katarak adalah perubahan lensa mata yang sebelumnya jernih dan tembus cahaya menjadi keruh. Katarak menyebabkan penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi.
Berdasarkan data organisasi kesehatan dunia, Word Healt Organization (WHO) saat ini diseluruh dunia ada sekitar 135 juta penduduk dunia memiliki penglihatan lemah dan 45 juta orang menderita katarak. Dari jumlah tersebut, 90% diantaranya penyebaran prevalensinya dinegara berkembang dan sepertiganya berada di Asia Tenggara.
Di Indonesia jumlah penderita katarak tiap tahun meningkat, bertambah 210.000 orang pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka kejadian katarak dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk. Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550% orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.

1.2. Tujuan penulisan
1.2.1.   Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan dengan klien dengan diagnosa Medis Post Operasi Katarak dan sebagai pemahaman tentang penangan pasien katarak, perawatan pasca operasi serta mengetahui komplikasi yang mungkin muncul pada pasien post operasi katarak dan pencegahan terhadap komplikasi.
1.2.2.   Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui dan memahami tanda gejala dan penatalaksanaan pada pasien post operasi Katarak dan pemulihan penglihatan agar dapat beraktifitas sesuai fungsinya semula.
b.      Untuk memahami perawatan pasien post operasi Katarak untuk mencegah terjadinya komplikasi yang meliputi kebutaan, retinoblastoma, gluokoma dll.
c.       Mengidentifikasi data yang menunjang masalah keperawatan pada pasien post op katarak
d.      Menentukan diagnosa keperawatan pada pasien post op katarak
e.      Menyusun rencana keperawatan pada pasien Post Operasi Katarak
f.       Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien post op katarak
g.      Melaksanakan evaluasi keperawatan pada pasien post op katarak

1.3. Manfaat Penulisan
1.3.1. Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan dan keterampilan serta meningkatkan dalam melaksanakan penerapan proses asuhan keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi secara sistematis khususnya pada pasien dengan Katarak post operasi
.

  

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

3.1 Definisi
            Katarak adalah kekeruhan pada lensa tanpa nyeri yang berangsur – angsur penglihatan kabur akhirnya tidak dapat menerima cahaya (Barbara C.Long, 1996).
Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998).
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa di mana lensa rnenjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa, atau denaturasi protein lensa. Kekeruhan ini terjadi akibat gangguan metabolisme normal lensa yang dapat timbul pada berbagai usia tertentu. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa masih berlangsung atau sesudah serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi.
Katarak adalah kekeruhan pada lensa atau kapsul lensa mata, penyebab umum kehilangan umum kehilangan pengelihatan yang bertahap. Lensa yang keruh menghalangi cahay amenembus kornea, yang pada akhirnya mengaburkan tangkapan bayangan pada retina. Sebagai hasilnya otak menginterpretasikan bayangan yang kabur.
Katarak umumnya mempengaruhi kedua mata. Tetapi katarak masing – masing mata memburuk sendiri – sendiri. Pengecualian pada katarak traumatic yang biasanya unilateral  dan katarak konginetal yang kondisinya dapat tidak berubah. Katarak merupakan penyakit yang paling sering dijumpai pada orang dengan usia diatas 70 tahun. Pembedahan memperbaiki pengelihatan pada sekitar 95%  pasien. Tanpa pembedahan katarak akhirnya menyebabkan kehilangan pengelihatan total.

3.2 Macam – macam Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
  1. Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
  2. Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
  3. Katarak komplikata.
  4. Katarak traumatik.
Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
·         katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
·         katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
·         katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40  tahun
·         katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun

1)      Katarak kongenital
Adalah katarak sebagian pada lensa yang sdah idapatkan pada waktu lahir. Jenisnya adalah:
a)   Katarak lamelar atau zonular.
b)   Katarak polaris posterior.
c)   Katarak polaris anterior
d)  Katarak inti (katarak nuklear)
e)   Katarak sutural
2)      Katarak juvenil
Adalah katarak yang terjadi pada anak – anak sesudah lahir.
3)      Katarak senil
Adalah kekeruhan lensa ang terjadi karena bertambahnya usia. Ada beberapa macam yaitu:
a)      katarak nuklear               : Kekeruhan yang terjadi pada inti lensa
b)      Katarak kortikal             : Kekeruhan yang terjadi pada korteks lensa
c)      Katarak kupliform          :Terlihat pada stadium dini katarak nuklear atau kortikal.

                           Katarak senil dapat dibagi atas stadium:
a)         katarak insipiens : Katarak yang tidak teratur seperti bercak – bercak yang membentuk gerigi dengandasar di perifer dan daerah jernih di antaranya.
b)         katarak imatur : Terjadi kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh lensa sehingga masih terdapt bagian- bagian yang jernih pada lensa.
c)         katarak matur : Bila proses degenerasi berjala terus maka akan terjadi pengeluaran air bersama – sama hasil desintegritas melalui kapsul.
d)        katarak hipermatur : Merupakan proses degenerasi lanjut sehingga korteks lensa mencair dan dapat keluar melalui kapsul lensa.
4)         Katarak komplikasi
Terjadi akibat penyakit lain. Penyakit tersebut dapat intra okular atau penyakit umum.
5)         Katarak traumatik
Terjadi akibat ruda paksa atau atarak traumatik.

3.3 Tanda dan Gejala
  1. Kehilangan pengelihatan secara bertahap dan tidak nyeri.
  2. Pengelihatan baca yang buruk.
  3. Pandangan seilau yang mengganggu dan pengelihatan buruk pada sinar matahari yang terang.
  4. Pandanga silau yang membutakan akibat lampu sorot mobil pada pengemudi dimalam hari.
  5. Kemungkinan memiliki pengelihatan pada cahaya yang redup dibandingkan dengan cahaya yang terang.
  6. Area putih keabu – abuan dibelakang pupil.

3.4 Etiologi    
1)      Ketuaan biasanya dijumpai pada katarak Senilis
2)      Trauma terjadi oleh karena pukulan benda tajam/tumpul, terpapar oleh sinar X atau benda – benda radioaktif.
3)      Penyakit mata seperti uveitis.
4)      Penyakit sistemis seperti DM.
5)      Defek kongenital

3.5 Patofisiologi
   Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan atara protein yang dapat larut dalam protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermiabel. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tdak dapat diserap dapat mengakibatkan penurunan sintesa protein, perubahan biokimiawi dan fisik dan protein tersebut mengakibatkan jumlah protein dalam lens melebihi jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein dalam bagian ynag lain sehingga membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan nama katarak. Terjadinya penumpukan cairan/degenerasi dan desintegrasi pada serabut tersebut menyebabkan jalannya cahaya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan.

3.6 Pemeriksaan
1)         Visus menurun bergantung pada :
2)         Tak ada tanda-tanda radang (hyperemia tak ada)
3)         Iluminasi oblik tampak kekeruhan yang keabu-abuan atau putih dengan bayangan hitam disebut iris shadow.
4)         Pemeriksaan dengan optalmoskop tampak warna hitam diatas dasar orange disebut fundus reflek.
5)         Pada katarak yang lebih lanjut, kekeruhan bertambah sehingga iris shadow menghilang dan fundus reflek menjadi hitam saja (negatif).

3.7 Pengobatan Katarak
Apabila penderita masih dapat dikoreksi kacamata, maka diberikan dahulu kacamata. Akan tetapi ukuran kacamata penderita biasanya sangat mudah / cepat berubah. Pengobatan yang paling baik dan tepat saat ini adalah operasi.
Indikasi operasi yaitu :
6)         Visus yang menurun yang tak dapat dikoreksi dengan kacamata dan mengganggu aktifitas.
7)         Dahulu penderita dioperasi bila visusnya 1/300 s/d tak terhingga (LP+).
Akan tetapi dengan kemajuan tehnologi saat ini katarak dapat dioperasi pada stadium apapun, bila penderita sudah terganggu aktivitasnya.

3. 8 Macam operasi :
1)         Intra Capsular      : Intra catarax extraction (ICCE) mengeluarkan lensa secara utuh.
2)         Ekstra Capsular   : Extra capsular catarax extraction (ECCE) : mengeluarkan lensa dengan merobek kapsul bagian anterior dan meninggalkan kapsul bagian posterior.
Pada saat ini dimana kemajuan tehnologi yang sudah tinggi, tehnik ECCE lebih disukai karena komplikasinya lebih kecil dan dapat disertai pemasangan lensa implant intra okuler (IOL = intra okuler lens). Sehingga hasil setelah operasi menjadi lebih baik.


3. 9 Evaluasi sesudah operasi katarak :
Hari 1 sesudah operasi harus sudah dievaluasi yaitu :
1)         Perdarahan dibilik mata depan (hifema).
2)         Kamera okuli anterior jernih/keruh :
Bila mata depan keruh (flare/sel positif)
o          Bilik mata depan keruh (flare /sel positif)
o          Mungkin sampai terjadi pengendapan pus di bilik mata depan (hipopion).
o          Iris miossi disertai sinekia postrior
3)         Perhatikan pupil miosis/midriasis/normal :
o          Miosis : biasanya dipergunakan miotikum pada waktu operasi sehingga hari berikutnya pupil menjadi miosis. Miosis ini dapat terjadi bila terjadi uveitis anterior, dan biasanya disertai adanya sinekia posterior.
o          Midirasis : dapat terjadi bila ada peningkatan tekanan intra okuler (glaucoma)
o          Pupil tidak bulat : terjadi bila pada waktu operasi terjadi korpukasi (korpus viterius keluar).

3.10 Pengobatan Sesudah Operasi Katarak :
Setelah operasi dapat diberi :
o          Kacamata, diberikan bila tanda-tanda iritasi sudah hilang (kurang lebih sesudah 1,5 bulan post op), sudah tidak ada perubahan refraksi (3 x refraksi tiap minggu).
o          Lensa Kontak :
Penglihatan lebih baik daripada kacamata, dan dipakai pada operasi katarak unilateral (satu mata).
o          Inolan Lensa Intra Okuli (IOL) :
-          Implan ini memasukkan ke dalam mata pada saat operasi, menggantikan lensa yang diambil (ECCE).
-          Letaknya permanen
-          Tidak memerlukan perawatan.
-          Visus lebih baik daripada kacamata / lensa kontak.


Kerugian :
o          Merupakan benda asing, kemungkinan bereaksi / ditolak oleh tubuh.
o          Tehnik operasi lebih sukar/canggih.







BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK

A.      Pengkajian
1.      Pengumpulan data
1)      Data biografi klien
a)          Nama : J A I K E M
b)          Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916
c)          Pendidikan terakhir: tidak sekolah
d)         Agama: Islam
e)          Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak
f)           TB/BB: 140 cm / 45 kg
g)          Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.
h)          Ciri – ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.
i)            Alamat: Sepanjang, Surabaya
j)            Orang yang dekat dihubungi: adik klien
k)          Hubungan dengan klien: adik kandung.
2)      Riwayat keluarga
 






Keterangan:
                           = laki - laki                                     = klien Ibu Jaikem

                            = perempuan                                  = Tinggal sendiri di panti
 

                             = meninggal
3)      Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber – sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: --

4)      Riwayat lingkungan hidup
Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.
5)      Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan – jalan kewisma – wisma yang lain untuk menengok teman – temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan adanya kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman – temannya yang lain.
6)      Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien sangat membantu pegawasan kesehatan klien.
7)      Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.
8)      Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat – sehat saja. Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair, nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative              : Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung atau baru bangun tidur.
Quality                  : Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata kiri terasa panas dan berair.
Region                   : Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala
Severity scale        : Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.
Timming                : saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung.
Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi serta pantangan – pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat – obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi: --
Alergi terhadap obat – obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca tidak ada pada klien.
9)      A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang – kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata kiri klien.
Psikologis kien meliputi:
·         Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena umurnya sudah tua.
·         Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif dan mau menerima kehadiran orang lain.
·         Emosi klien stabil
·         Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris eringnya klien mengunjungi teman – temannya di wisma yang lain.
·         Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di luar panti sudah tidak menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti. Klien mengatakan senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal makan, istirahat dan kebutuhan lain terpenuhi.
10)  Tinjauan sistem
a)      Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.
b)      Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)
c)      Skala koma glasgow: 15
d)     Tanda – tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg.
e)      Sistem kardiovaskuler:
-          Inspeksi: keadaan umum terlihat baik
-          Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung.
-          Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.
-          Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai.
f)       Sistem pernafasan:
-          Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-)
-          Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba.
-          Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang
-          Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)
g)      Sistem integumen
Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus (-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.
h)      Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah baias (K100 cc). Ngompol (-)
i)        Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang, atrofi dll.
j)        Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran kelenjar.
k)      Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen (-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.
l)        Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti ditambah dengan kadang – kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi makanan yang disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk semenjak tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan.
m)    Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.
n)      Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap lawan bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis (+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang K50 mtr. Kemampuan pendengaran agak menurun sehingga lawan bicara harus berbicara agak keras supaya klien mendengar.
11)  Status kognitif/afektif/sosial
a)      Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi intelektual utuh.
b)      Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi mental dalam keadaan baik.
c)      Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan – raguan, kesulitan kerja dan keletihan. Jadi tidak ada tanda – tanda depresi pada klien.
d)     Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam kedaan normal.
12)  Data penunjang
Hasil pemeriksaan gluko test (-)

B.       Analisa Data
No
Data
Etiologi
Masalah
1.
















2.













3.
DS:
-    Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
-    Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.
-    Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.

DO:
-    Mata kiri berair, hiperemis(+)
-    IOL (+)

DS:
-    Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
-    Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran.

DO:
-    Sekret pada mata kiri (+).
-    Mata kiri berair(+)
-    Riwayat post op katarak 16 hari yll.

DS:
-    Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak K3 tahun yang lalu.
-    Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.

DO:
-    Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
-    Klien mampu melihat dalam jarak pandang K50 mtr.


Interupsi pembedahan katarak pada mata kiri.














Peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.








Keterbatasan penglihatan.
Nyeri

















Resiko infeksi













Resiko cidera

C.       Diagnosa Keperawatan
v  Diagnosa Keperawatan
1)        Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
-       Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.
-       Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.
-       Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.
DO:
-       Mata kiri berair, hiperemis(+)
-       IOL (+)
2)        Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak ditandai dengan:
DS:
-       Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar sampai ke kepala.
-       Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran.
DO:
-       Sekret pada mata kiri (+).
-       Mata kiri berair(+)
-       Riwayat post op katarak 16 hari yll.
3)        Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:
DS:
-        Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak K3 tahun yang lalu.
-        Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.
DO:
-        Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu – ragu.
-        Klien mampu melihat dalam jarak pandang K50 mtr.


D.      Intervensi Keperawatan
No
Diagnosa
Tujuan
Intervensi
Rasional
Evaluasi
1.














































2.


































3.

Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri.












































Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.






























Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan.


Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, nyeri berkurang ditandai dengan:
-    Nyeri berkurang.
-    Istirahat tidur tercukupi K8 jam.
-    Mata tidak berair dan tidak merah.





































Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, infeksi tidak terjadi ditandai dengan:
-    Penyembuhan luka insisi tanpa infeksi.
-    Kemerahan (-)
-    Edema kelopak mata (-)
-    Drainase pada kelopak mata (-)
-    Materi purulen (-)
-    Peningkatan suhu tubuh (-)




















Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 3 hari, cidera tidak terjadi ditandai dengan:
-    Klien tidak mengalami cidera atau trauma jaringan selama dirawat.

·         Bantu klien dalam mengidentifikasi tindakan penghilangan nyeri yang efektif dengan tidur dalam posisi ½ duduk.

·         Lakukan tindakan penghilanagn nyeri non invasif atau non farmakologik, seperti berikut;
-          Posisi: tinggikan bagian kepala tempat tidur, berubah – ubah antara berbaring pada punggung dan pada sisi yang tidak dioperasi.
-          Distraksi
-          Latihan relaksasi
·         Berikan dukungan tindakan penghilangan nyeri dengan aalgesik yang diresepkan.

·         Observasi nyeri terutama bila disertai mual.


·         Pertegas pembatasan aktifitas yang disebutkan dokter yang mungkin termasuk menghindari aktifitas berikut:
-          Berbaring pada sisi yang dioperasi
-          Membungkuk melewati pinggang
-          Mengangkat benda yang beratnya melebihi 10 kg.
-          Mandi
-          Mengedan selama defekasi.












·         Tingkatkan penyembuhan luka:
-          Berikan dorongan untuk mengikuti diet yang seimbang dan asupancairan yang adekuat.
·         Gunakan teknik aseptik untuk meneteskan tetes mata:
-          Cuci tangan sebelum memulai
-          Pegang alat penetes agak jauh dari mata
-          Ketika meneteskan, hindari kontak antara ata, tetesan dan alat penetes.
Ajarkan teknik ini kepada klien dan anggota keluarganya.
·         Kaji tanda dan gejala infeksi:
-          Kemerahan, edema pada kelopak mata
-          Infeksi konjungtiva (pembuluh darah menonjol)
-          Drainase pada kelopak mata dan bulu mata
-          Materi purulen pada bilik anterior (antara korm\nea dan iris)
-          Peningkatan suhu
-          Nilai laboratorium abnormal (mis. Peningkatan SDP, hasil kultur dan sensitivitas positif)
·         Lakukan tindakan untuk mencegah ketegangan pada jahitan (misal anjurkan klien menggunakan kacamata protektif dan pelindung mata pada siang hari dan pelindung mata pada malam hari).

·         Modifikasi lingkungan untuk menghilangkan kemungkinan bahaya:
-          Singkirkan penghalang dari jalur berjalan.
-          Pastikan pintu dan laci tertutup atau terbuka dengan sempurna.
·         Tinggikan tempat tidur. Letakkan benda dimana klien dapat melihat dan meraihnya tanpa klien menjangkau terlalu jauh.

·         Membantu memberikan kenyamanan dan mengurangi tekanan pada bola mata.


·         Beberapa tindakan penghilang nyeri non invasif adalah tindakan mandiri yang dapat dilaksanakan perawat dalam usaha meningkatkan kenyamanan pada klien.





·         Analgesik mambantu dalam menekan respon nyeri dan menimbulkan kenyamanan pada klien.
·         Tanda ini menunjukkan peningaktan tekanan intra okuli (TIO) atau komplikasi lain.
·         Pembatasan diperlukan utnuk menguangi gerakan mata dan mencegah peningkatan tekanan okuler. Pembatasan yang spesifik tergantung pada beberapa faktor, termasuk sifat dan luasnya pembedahan, preferensi dokter, umur serta status kesehatan klien secara keseluruhan. Pemahaman klein tentang alasan untuk pembatasan ini dapat mendorong kepatuhan klien.


·         Nutrisi dan hidrasi yang optimal meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, yang meningkatkan penyembuhan

·         Teknik aseptik meminimialkan masuknya mikroorganisme dan mengurangi resiko infeksi.







·         Deteksi dini infeksi memungkinkan penanganan yang cepat untuk meminimalkan keseriusan infeksi.









·         Ketegangan pada jahitan dapat menimbulkan interupsi menciptakan jalan masuk untuk mikroorganisme.

·         Gangguan penglihatan atau menggunakan pelindung mata dapat mempengaruhi resiko cidera yang berasal dari gangguan ketajaman dan edalaman persepsi.

·         Tindakan ini dapat mengurangi resiko terjatuh.



Klien melaporan adanya pengurangan nyeri yang progresif ditandai dengan:
-    Nyeri berkurang.
-    Istirahat tidur tercukupi K8 jam.
- Mata tidak berair  dan tidak merah.






































Infeksi tidak terjadi ditandai dengan:
-    Kemerahan (-)
-    Edema kelopak mata (-)
-    Drainase pada kelopak mata (-)
-    Materi purulen (-)
-    Peningkatan suhu tubuh (-)

























Cidera tidak terjadi. Klien tidak mengalami cidera atau trauma jarigan selama dirawat.




E.       Implementasi
Waktu/tgl
Implementasi
Evaluasi
11-6-2011
09.00








12-6-2011 09.30











12-6-2011
11.00











12-6-2011 12.30



13-6-2011 09.00


·         Memberikan HE pentingnya:
-          Pembatasan aktifitas.
-          Asupan gizi dan minum yang memadai (makan 1 porsi habis).
-          Mengurangi paparan terhadap sinar matahai atau kontak langsung dengan benda alergen.

·         Mengevaluasi lingkungan kamar tidur klien:
-          Penempatan benda – benda di meja.
-          Kebersihan lantai kamar.
-          Memasang gorden untuk mengurangi paparan terhadap snar matahari.





·         Mengajarkan teknik perawatan kebersihan mata:
-          Cara membersihkan sekret.
-          Cara meneteskan obat tetes mata.
-          Menggunakan pelindung mata bila keluar wisma di siang hari.





·         Mengatur posisi tidur klien berbaring ke sisi mata yang tidak dioperasi.


·         Melatih relaksasi untuk mengurangi rasa sakit pada mata kiri.
·         Klien kooperatif.
·         Klien berjanji akan selalu mengahbiskan porsi makanannya.Klien banyak bertanya tentang nyeri yang dirasakannya.




·         Klien marapikan meja kecil di samping tempat tidur.
·         Klien menata barang – barang (gelas, piring, sendok) di atas tempat tidur.
·         Gorden telah terpasang.
·         Lantai kamar disapu dan dipel oleh petugas.



·         Klien bersemangat belajar memebrsihkan sekret mata.Klien dapat meneteskan obat tetes mata sendiri dibantu oleh teman sekamarnya.
·         Klien sudah punya kacamata pelindung sinar matahari.




·         Klien berbaring ke posisi sebelah kanan, kadang berganti posisi dengan semi fowler.

·         Klien tampak kesulitan mengikuti instruksi, tetapi mau mencoba unutk berlatih.


F.        Evaluasi
No
Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
1.








2.







3.

Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri.






Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan katarak.





Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan.


S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri sudah agak berkurang, klien sudah dapat istirahat dengan baik.
O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.


S: Klien mengatakan matanya sudah tidak panas lagi,berair (-)
O: mata berair (-), kemerahan (-), sekret (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.


S: Klien mengatakan penglihatannya sudah lebih terang.
O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa dibimbing dan tanpa memakai tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan koordinasi dengan pendamping wisma.







BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks peran perawat sebagai penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.

B.       Saran
Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna mengembangkan konsep asuhan keperawatan gerontik secara optimal.






DAFTAR PUSTAKA

Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia.

Watson, Yudha Egi Komara. (2003), Perawatan pada lansia. Jakarta : EGC
                                                                                                         
Padila, (2013), Keperawatan Gerontik. Yogyakarta : Nuha Medika